JAKARTA - Harga minyak sawit mentah (CPO) di Indonesia Commodity Market (Inacom) mencatat kenaikan signifikan pada penutupan perdagangan Jumat, 21 Februari 2025. Kenaikan ini menandai tren positif yang terus berlanjut dalam beberapa minggu terakhir. Di tengah ketidakpastian pasar komoditas global, CPO kembali menjadi perhatian utama para pelaku industri dan investor.
Pada penutupan Jumat ini, CPO di Dumai dan Kuala Tanjung tercatat di angka Rp 15.425 per kilogram, naik Rp 150 dari harga di hari Kamis sebelumnya yang berada pada Rp 15.275 per kilogram. Kenaikan ini bukan hanya terjadi di Dumai dan Kuala Tanjung, tetapi juga tercatat di beberapa daerah lain seperti Talang Duku di mana harga CPO ditutup pada Rp 15.228 per kilogram. Sementara itu, di Ngabang dan Parindu, harga ditutup dengan penawaran tertinggi masing-masing pada Rp 14.946 per kilogram.
Faktor Penyebab Kenaikan
Kenaikan harga di pasar domestik ini tidak lepas dari pengaruh fluktuasi harga di pasar internasional, terutama di Bursa Malaysia. Menurut laporan dari Reuters, harga kontrak minyak sawit berjangka di Bursa Malaysia mengalami kenaikan pada hari yang sama dan menyokong tren kenaikan untuk minggu kelima berturut-turut. Inilah kenaikan terpanjang dalam tiga tahun terakhir, didorong oleh berbagai faktor termasuk prediksi melemahnya produksi.
Harga kontrak minyak kelapa sawit untuk pengiriman Mei 2025 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik RM 58 per ton, setara dengan kenaikan 1,25%, dan ditutup pada RM 4.700 per metrik ton. Kenaikan ini berkontribusi pada peningkatan total sebesar 2,47% selama pekan ini.
Perspektif Narasumber
Antonio Fransisco, seorang analis pasar komoditas di Jakarta, menjelaskan, "Kenaikan harga minyak sawit mentah ini tidak terlepas dari proyeksi melemahnya produksi di Malaysia, yang merupakan salah satu produsen terbesar. Hal ini meningkatkan sentimen pasar terhadap kelangkaan pasokan yang potensial."
Lebih lanjut, Inacom juga mengamati bahwa permintaan global yang terus meningkat terutama dari China dan India, dua konsumen terbesar CPO di dunia, turut memberikan dorongan pada harga. Pasar minyak sawit global didorong oleh faktor-faktor seperti perubahan cuaca yang mempengaruhi produksi, kebijakan energi terbarukan, serta fluktuasi nilai tukar mata uang.
Dampak Terhadap Pasar Lokal
Di sisi lain, kenaikan harga CPO juga diiringi oleh fluktuasi harga minyak kedelai, yang sering kali dipandang sebagai substitusi bagi minyak sawit. Harga kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian naik 0,05%, sementara kontrak minyak kelapa sawitnya melonjak 1,44%. Namun, harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade mencatat penurunan sebesar 0,5%.
Pengaruh kenaikan harga CPO di pasar domestik dirasakan langsung oleh para pelaku industri. Harga yang naik ini tentunya menjadi angin segar bagi para produsen yang dapat meningkatkan pendapatan mereka. Namun, bagi konsumen lokal, terutama di industri makanan dan kosmetik yang banyak menggunakan CPO sebagai bahan baku, kenaikan ini bisa berarti peningkatan biaya produksi yang kemudian berdampak pada harga produk akhir.
Rina Wijaya, seorang pemilik perusahaan produksi makanan berbasis minyak sawit di Sumatera, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap tren kenaikan harga ini. "Kami harus meninjau ulang strategi penetapan harga kami. Biaya produksi yang meningkat akibat kenaikan harga bahan baku ini akan mempengaruhi margin kami," tuturnya.
Langkah Strategis dan Prediksi Masa Depan
Dalam menghadapi tantangan dan peluang akibat kenaikan harga CPO ini, pemain industri diharapkan dapat mengambil langkah-langkah strategis. Beberapa opsi yang mungkin diambil termasuk diversifikasi sumber pasokan, optimalisasi rantai pasokan untuk efisiensi, serta mencari pasar-pasar baru guna menstabilkan permintaan yang dapat menyerap peningkatan produksi.
Di masa depan, harga CPO diprediksi akan terus dipengaruhi oleh dinamika global seperti hubungan dagang antara negara-negara utama pengimpor, kebijakan energi baru dan terbarukan yang mendorong penggunaan biofuel, serta kebijakan lingkungan yang semakin ketat.
Kesimpulannya, meski kenaikan harga minyak sawit mentah ini membawa tantangan tersendiri, peluang untuk memperkuat posisi di pasar global masih sangat terbuka. Dalam lingkungan yang terus berubah, adaptasi dan inovasi akan menjadi kunci keberhasilan bagi pelaku industri minyak sawit. Dengan pantauan pasar yang ketat dan kebijakan yang tepat, diharapkan industri minyak sawit nasional dapat terus berkontribusi positif bagi perekonomian Indonesia.