Ketahanan Energi Kunci Utama bagi Ketahanan Pangan dan Hilirisasi: Fokus Prioritas Kementerian ESDM
- Selasa, 04 Maret 2025

JAKARTA - Ketahanan energi merupakan pilar utama bagi terwujudnya ketahanan pangan dan keberhasilan program hilirisasi di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot, dalam Rapat Kerja Nasional Asosiasi Pemasok Energi, Batubara, dan Mineral Indonesia (Aspebindo) yang diadakan di Jakarta pada Kamis, 27 Februari.
Dalam pertemuan tersebut, Yuliot menegaskan bahwa stabilitas pasokan energi sangat krusial dan menjadi prioritas kebijakan pemerintah saat ini. "Ketahanan energi merupakan bagian dari ketahanan nasional yang tertuang dalam Asta Cita. Ketahanan energi dapat memberikan manfaat besar bagi perekonomian nasional. Tanpa ketahanan energi, ketahanan di sektor lain tidak dapat terwujud. Pangan, misalnya, masih memerlukan energi, begitu juga dengan hilirisasi yang menjadi prioritas pemerintah untuk pembangunan berkelanjutan," ujar Yuliot.
Tantangan dan Solusi Ketahanan Energi
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh sektor energi nasional adalah ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan energi. Pada tahun 2024, kebutuhan minyak dalam negeri diproyeksikan mencapai 532 juta barel per tahun, sementara produksi nasional hanya berkisar 212 juta barel. Ketidakseimbangan ini memaksa pemerintah untuk mengimpor sekitar 313 juta barel per tahun, yang terdiri dari 112 juta barel minyak mentah dan 201 juta barel bahan bakar minyak (BBM).
Ketergantungan terhadap impor ini tidak hanya menurunkan ketahanan energi nasional tetapi juga menimbulkan ancaman ekonomi berupa defisit devisa yang signifikan. "Defisit ini menyebabkan kehilangan devisa negara sebesar Rp523 triliun," jelas Yuliot. Untuk itu, diperlukan serangkaian langkah strategis yang dapat mengurangi impor dan meningkatkan produksi dalam negeri.
Upaya Strategis Menguatkan Ketahanan Energi
Sebagai langkah antisipatif, Kementerian ESDM merencanakan beberapa inisiatif untuk meningkatkan produksi energi domestik. Salah satunya adalah dengan mengoptimalkan teknologi produksi, reaktivasi sumur idle, serta eksplorasi potensi migas yang belum tergali, terutama di wilayah Indonesia Timur.
Menurut Yuliot, terdapat 16.990 sumur idle di seluruh Indonesia, dan 4.457 di antaranya memiliki potensi untuk direaktivasi. "Pada 2024, sebanyak 1.021 sumur idle telah direaktivasi, dengan potensi peningkatan produksi sebesar 8.035 barel per hari. Sementara itu, pada 2025, diperkirakan sebanyak 1.006 sumur dapat direaktivasi dengan potensi produksi 5.816 barel per hari," tambahnya.
Selain itu, pemerintah juga berfokus pada pengembangan undeveloped discovery yang menawarkan potensi produksi mencapai 2,86 miliar barel minyak dan 19 triliun kaki kubik gas bumi. Ada pula pengembangan 74 lapangan migas yang telah mencapai tahap plan of development (POD), namun belum sepenuhnya berproduksi. Lapangan-lapangan ini berpotensi menghasilkan 403 juta barel minyak dan 9,6 triliun kaki kubik gas bumi.
Implikasi pada Ketahanan Pangan dan Hilirisasi
Ketahanan energi yang kuat tidak hanya mendukung stabilitas ekonomi semata, tetapi juga berperan krusial dalam menunjang sektor pangan dan hilirisasi. Sebagai dua sektor vital bagi pembangunan berkelanjutan Indonesia, pangan dan hilirisasi memerlukan suplai energi yang konsisten dan dapat diandalkan.
"Pangan dan hilirisasi bergantung pada ketahanan energi. Untuk itu, kita harus memastikan bahwa pasokan energi tidak terganggu," tegas Yuliot. Kini, pemerintah tengah menyiapkan kebijakan-kebijakan komprehensif yang mendukung integrasi sektor energi dengan industri pangan dan hilirisasi, sehingga tercapai sinergi yang optimal dalam penggunaan sumber daya.
Menuju Masa Depan Energi yang Berkelanjutan
Guna mencapai ketahanan energi yang diidamkan, Indonesia harus mampu memanfaatkan seluruh sumber daya yang dimiliki, termasuk menggiatkan investasi di sektor energi baru dan terbarukan. "Intervensi pada teknologi dan investasi di sektor energi terbarukan harus diakselerasi agar mampu memenuhi kebutuhan energi nasional secara berkelanjutan," ungkap Yuliot.
Kendati jalan menuju ketahanan energi penuh tantangan, langkah-langkah yang telah dilakukan menunjukkan komitmen kuat pemerintah dalam menangani persoalan ini. Dengan kolaborasi lintas sektor dan partisipasi aktif dari seluruh pihak terkait, diharapkan Indonesia dapat mencapai ketahanan energi yang tangguh dan menjadi fondasi bagi ketahanan pangan serta keberhasilan hilirisasi di masa depan.
Sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, Indonesia memiliki potensi besar untuk mewujudkan ketahanan energi nasional. Dengan kebijakan yang tepat dan pelaksanaan yang konsisten, impian untuk menjadi negara dengan energi berlimpah bukanlah hal mustahil. "Kebijakan energi harus diarahkan untuk memberikan manfaat maksimal bagi seluruh rakyat Indonesia. Ini adalah langkah nyata bagi ketahanan nasional kita," pungkas Yuliot.

David
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Sinergi BRIN dan UBSI Dorong Riset Inovasi Indonesia
- 11 September 2025
2.
Yamaha Uji Pasar Kendaraan Listrik Swap Battery
- 11 September 2025
3.
Jepang Masih Jadi Destinasi Wisata Favorit Global
- 11 September 2025
4.
Jadwal Pelni KM Nggapulu September Oktober 2025
- 11 September 2025
5.
HUT KAI 2025 Hadirkan Promo Diskon Tiket Spesial
- 11 September 2025