Kamis, 11 September 2025

Inflasi Minyak Goreng Capai 10,97 Persen di Tengah Deflasi Nasional pada Februari 2025

Inflasi Minyak Goreng Capai 10,97 Persen di Tengah Deflasi Nasional pada Februari 2025
Inflasi Minyak Goreng Capai 10,97 Persen di Tengah Deflasi Nasional pada Februari 2025

JAKARTA - Pada bulan Februari 2025, Indonesia mengalami deflasi baik dalam ukuran bulanan maupun tahunan. Ini adalah salah satu kabar yang mungkin memberikan sedikit kelegaan bagi konsumen di tengah kondisi perekonomian yang tidak menentu. Meskipun demikian, ada satu komoditas yang mencatatkan inflasi tahunan yang cukup signifikan, yaitu minyak goreng. Menurut laporan terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi tahunan minyak goreng mencapai angka 10,97 persen, menjadi pengecualian dari tren deflasi yang tampak secara umum.

Pada hari Senin, 3 Maret 2024, Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengumumkan bahwa tingkat deflasi bulanan dan tahunan Indonesia pada Februari 2025 masing-masing adalah 0,48 persen dan 0,09 persen. Deflasi yang terjadi disebabkan oleh beberapa komoditas utama yang mencatatkan penurunan harga, termasuk tarif listrik, beras, daging ayam ras, bawang merah, tomat, dan cabai merah. Dari semua komoditas yang mengalami penurunan harga, tarif listrik memberikan kontribusi terbesar terhadap deflasi ini.

Amalia menjelaskan, "Penurunan tarif listrik menjadi salah satu pendorong utama deflasi bulan ini, dengan penurunan sebesar 21,03 persen secara bulanan dan 46,45 persen secara tahunan. Ini merupakan dampak dari kebijakan penyesuaian tarif yang dilakukan untuk meringankan beban masyarakat."

Namun, meskipun ada penurunan harga di berbagai sektor, harga minyak goreng justru mencatatkan kenaikan yang cukup tinggi. Kenaikan harga minyak goreng ini membawa dampak signifikan karena komoditas ini merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam rumah tangga Indonesia. Inflasi tahunan sebesar 10,97 persen pada minyak goreng menimbulkan kekhawatiran bagi banyak pihak, terutama bagi konsumen yang sudah merasakan tekanan dari kenaikan berbagai harga barang pokok sebelumnya.

Berdasarkan analisis para ekonom, kenaikan harga minyak goreng ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk fluktuasi harga minyak sawit internasional, biaya produksi yang meningkat, serta distribusi dan logistik yang terganggu. Hal ini juga diperkuat oleh adanya kebijakan ekspor dan impor yang turut mempengaruhi stok minyak goreng dalam negeri. Dalam beberapa bulan terakhir, terdapat peningkatan permintaan dari luar negeri, yang menyebabkan penurunan pasokan minyak goreng di pasar lokal.

Dalam sebuah wawancara, seorang konsumen bernama Mira mengungkapkan, "Kenaikan harga minyak goreng sangat terasa. Kami harus lebih selektif dalam mengelola anggaran rumah tangga. Harapannya, pemerintah bisa segera mengendalikan harga agar tidak semakin membebani."

Untuk menghadapi situasi ini, pemerintah diharapkan dapat mengambil langkah-langkah strategis guna menstabilkan harga minyak goreng. Langkah tersebut bisa meliputi peninjauan terhadap harga bahan baku, pengawasan distribusi yang lebih ketat, serta membuka dialog dengan para produsen untuk menemukan solusi terbaik. Pemerintah juga diharapkan memberikan dukungan kepada petani dan produsen minyak sawit dalam negeri untuk memastikan pasokan tetap stabil dengan harga yang wajar.

Selain itu, kerjasama dengan pihak swasta dalam pengadaan dan distribusi minyak goreng mungkin menjadi alternatif untuk menurunkan biaya dan memastikan ketersediaan yang lebih merata di berbagai wilayah. "Dukungan dari semua pihak sangat penting untuk memastikan pasokan minyak goreng tetap terjaga dan harga bisa dikendalikan," tutup Amalia.

Sementara itu, mengamati tren harga minyak goreng di pasar internasional juga menjadi langkah penting yang harus dilakukan. Dengan demikian, kebijakan yang diambil dapat lebih tepat sasaran berdasarkan dinamika pasar global.

Secara keseluruhan, meskipun Indonesia mengalami deflasi pada Februari 2025, pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan harus bekerja lebih keras untuk mengatasi masalah inflasi pada komoditas tertentu seperti minyak goreng. Diperlukan kebijakan yang komprehensif dan terpadu agar tidak hanya menjaga daya beli masyarakat tetapi juga memastikan stabilitas harga di pasar. Dengan begitu, ekonomi Indonesia diharapkan bisa tetap bergerak ke arah yang lebih baik dan stabil dari waktu ke waktu.

David

David

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Ini Harga Asli BBM Pertalite September 2025 Terbaru

Ini Harga Asli BBM Pertalite September 2025 Terbaru

Green Hydrogen Ulubelu Gunakan Energi Panas Bumi Terbarukan

Green Hydrogen Ulubelu Gunakan Energi Panas Bumi Terbarukan

Dukungan Pemerintah Buat Petani Surian Lebih Sejahtera

Dukungan Pemerintah Buat Petani Surian Lebih Sejahtera

Elnusa Petrofin Apresiasi Jurnalis Energi dan Keberlanjutan

Elnusa Petrofin Apresiasi Jurnalis Energi dan Keberlanjutan

Indonesia Dorong Transportasi Ramah Lingkungan Lewat Energi Baru

Indonesia Dorong Transportasi Ramah Lingkungan Lewat Energi Baru