Telur dan Kolesterol: Mengurai Mitos Lama dengan Fakta Ilmiah yang Mencengangkan
- Jumat, 28 Februari 2025

JAKARTA - Dalam beberapa dekade terakhir, telur telah menjadi pusat perdebatan di antara para ahli nutrisi, peneliti, dan masyarakat umum terutama mengenai perannya dalam pola makan sehat. Ada banyak yang memuji telur sebagai "makanan hampir sempurna", sementara yang lain masih memandang skeptis terutama karena kandungan kolesterolnya. Namun, studi dan pedoman terbaru justru menyoroti manfaat telur sambil berupaya mematahkan mitos lama seputar kolesterol dan risiko penyakit jantung.
Perkembangan Pandangan Seputar Telur dalam Pola Makan
Studi-studi terdahulu telah menyoroti nutrisi berlimpah yang terkandung dalam telur, termasuk protein tinggi, lutein, kolin, vitamin A, dan vitamin B12. Telur juga diakui memberikan dampak positif pada kesehatan otak, kekebalan tubuh, otot, dan mata. Meskipun demikian, keprihatinan lama terkait kandungan kolesterol dalam telur pernah membuat banyak orang berpikir dua kali untuk mengonsumsinya secara teratur.
Namun, angin perubahan bertiup pada tahun 2015 ketika pedoman diet terbaru di Amerika Serikat menghapus batasan konsumsi telur sehubungan dengan kolesterol diet. Ini berdasarkan penelitian yang menunjukkan bahwa kolesterol diet memiliki dampak yang lebih kecil terhadap kadar kolesterol darah dibandingkan lemak jenuh yang biasa ditemukan dalam makanan lainnya.
Penelitian Baru Ungkap Fakta Menarik
Meski pedoman telah berubah, banyak orang masih enggan mengonsumsi telur secara rutin karena salah persepsi yang sudah mendarah daging. Ini dibuktikan oleh penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal "Nutrients". Studi ini menunjukkan bahwa hingga tahun 2021, banyak orang tetap membatasi konsumsi telur karena kandungan kolesterolnya. Hasil ini menggarisbawahi pentingnya edukasi berkelanjutan mengenai manfaat kesehatan dari telur baik bagi publik maupun kalangan profesional kesehatan.
Penelitian tersebut dianalisis dari data yang dikumpulkan melalui Rancho Bernardo Study yang dimulai sejak 1972 hingga 1974, melibatkan lebih dari 6.300 partisipan. Partisipan diminta melaporkan jumlah konsumsi telur per minggu serta menawarkan pandangan mereka mengenai pembatasan diet terkait kolesterol. Yang menarik, survei terakhir yang disebarkan pada 2021 kepada partisipan yang masih hidup mencatat 710 responden, menunjukkan sebagian besar masih membatasi asupan telur.
Mengenai penelitian ini, Donna Kritz-Silverstein, PhD, yang merupakan profesor dan asisten dekan di Herbert Wertheim School of Public Health & Human Longevity Science di University of California San Diego, dan juga penulis utama studi tersebut menyatakan, “Data dari Rancho Bernardo Study memberi kami kesempatan luar biasa untuk meneliti tren konsumsi telur selama 48 tahun. Tidak ada studi lain yang telah mengikuti partisipan dalam jangka waktu selama ini untuk meneliti dampak konsumsi telur terhadap kesehatan.”
Mengurai Mitos, Menegaskan Fakta
Studi yang digagas oleh American Egg Board’s Egg Nutrition Center ini dibiayai dengan hibah tanpa batasan dan menyatakan kondisi tanpa konflik kepentingan. Temuan ini mengemuka dengan seruan agar masyarakat memperbarui pemahaman mereka tentang peran telur dalam pola makan sehat.
Dukungan penelitian ini bukan hanya dengan mengurangi kesalahpahaman, tetapi juga menegaskan bahwa telur, ketika dikonsumsi sebagai bagian dari pola makan seimbang, bisa memberikan manfaat kesehatan. "Masih banyak yang percaya bahwa kolesterol diet secara langsung berkontribusi pada penyakit jantung, padahal bukti ilmiah kini menunjukkan faktor risiko lainnya seperti lemak jenuh lebih signifikan,” tambah Kritz-Silverstein.
Perubahan yang Diperlukan dalam Perspektif Konsumsi
Bagi masyarakat umum, hasil penelitian ini sepatutnya menjadi sinyal untuk lebih mempertimbangkan telur sebagai bagian dari makanan harian mereka tanpa kekhawatiran yang tidak beralasan. Para tenaga medis dan nutrisionis juga didorong untuk terus mengedukasi pasien dan klien mereka mengenai manfaat kesehatan dari telur, serta mitos lama yang perlu diluruskan.
Para ahli menyarankan konsumsi telur sebagai bagian dari pola makan seimbang tentunya dengan memperhatikan kondisi kesehatan individu dan konsultasi dengan profesional kesehatan jika diperlukan. Dengan begitu, kita bisa menikmati manfaat nutrisi yang kaya dari telur tanpa dibayangi ketakutan mitos yang tidak lagi relevan.
Sebagai hasil penelitian ini diharapkan bahwa informasi dan penelitian lebih lanjut akan terus memperbarui pandangan publik, serta membuka diskusi lebih mendalam tentang kesehatan kardiovaskular dan nutrisi yang seimbang.
Dalam era informasi ini, penting untuk mengarungi lautan data dengan pemahaman yang didasarkan pada sains mutakhir, dan studi ini membantu menyokong pemahaman terhadap telur lebih seimbang dan tidak bias oleh informasi yang sebelumnya kurang mendasar secara ilmiah.

David
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Mitsubishi Destinator: SUV 7 Penumpang Bertenaga dengan Efisiensi Tinggi
- Selasa, 09 September 2025
Terpopuler
1.
8 Manfaat Parkour Bagi Kesehatan Fisik dan Mental
- 09 September 2025
2.
Coba Bungee Jumping Lambat, Adrenalin Tetap Terasa
- 09 September 2025
3.
Bersepeda Menjadi Solusi Tubuh Sehat dan Bugar
- 09 September 2025
4.
Nikmati Laut, Rasakan Manfaat Diving Untuk Tubuh
- 09 September 2025
5.
Mengenal Taekwondo, Latihan Fisik dan Mental Optimal
- 09 September 2025