Kamis, 11 September 2025

Pupuk Melimpah, Petani Maros Semringah: Gelora Program Swasembada Pangan

Pupuk Melimpah, Petani Maros Semringah: Gelora Program Swasembada Pangan
Pupuk Melimpah, Petani Maros Semringah: Gelora Program Swasembada Pangan

JAKARTA - Di tengah guyuran hujan yang menyisakan tanah basah di Kabupaten Maros, optimisme justru melingkupi para petani lokal. Sejak hujan deras yang dimulai pada Sabtu malam, 22 Februari 2025, suasana gerimis tak kunjung reda hingga Minggu pagi. Namun kondisi ini tidak menyurutkan langkah Rahman, seorang petani desa Minasa Baji, Kecamatan Bantimurung, yang malah tampak bersemangat memeriksa sawahnya di kala pagi.

Rahman, 49 tahun, adalah representasi kebahagiaan para petani di Maros saat ini. Dengan motornya, ia hanya membutuhkan waktu delapan menit untuk mencapai sawah dari rumahnya. Hari itu, ia berencana melakukan pemupukan tahap kedua setelah menyiangi padinya.

"Sekarang kami tidak lagi khawatir soal pupuk," ujar Rahman, mengekspresikan rasa leganya melihat melimpahnya pasokan pupuk tahun ini.

Melimpahnya Pupuk, Harga Stabil Bikin Senang Petani

Dalam beberapa tahun terakhir, petani seperti Rahman kerap dihadapkan pada kelangkaan pupuk, ditambah harga yang melonjak tinggi. Namun, kali ini situasinya berbalik. Stok pupuk melimpah dan harga stabil, membuat petani dapat bernafas lega. Rahman, yang membawahi tiga bidang sawah, menyatakan kebutuhan pupuk ureanya mencapai 20 karung, dan kini ketersediaan di pengecer sudah jauh lebih baik.

“Tahun lalu sangat sulit, bahkan kalau ada stok, harganya tinggi. Sekarang, cukup menunjukkan KTP, pupuk bisa didapat,” tambah Rahman.

Berdasarkan pengamatannya, kelangkaan pupuk yang dulu dirasakan sering disebabkan oleh ulah distributor hingga pengecer nakal yang menaikkan harga jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). Petani biasa membayar Rp120.000 hingga Rp140.000 per karung, meski seharusnya Rp112.500.

Kini, pelaku usaha nakal tak berani lagi bermain-main dengan harga. “Pengawasan pemerintah yang ketat cukup efektif menormalkan harga. Izin distributor yang bandel juga langsung dicabut.”

Digitalisasi Penyaluran Pupuk Menuai Pujian

Pengalaman serupa juga dirasakan Supriyadi, ketua kelompok tani di kawasan tersebut. Menurutnya, penjualan pupuk yang lebih cepat dan transparan kini sangat dirasakan keuntungannya oleh para petani. Ia diperkenalkan dengan aplikasi Ipubers dari Kementerian Pertanian yang memudahkan akses terhadap pupuk subsidi.

“Melalui aplikasi ini, informasi seperti stok tersedia dan jumlah yang sudah terjual dapat dipantau dengan transparan. Petani pun hanya perlu menunjukkan KTP kepada pengecer,” paparnya.

Keberadaan aplikasi ini menjamin distribusi yang lebih tepat sasaran, berpegang pada prinsip 6T (tepat mutu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat harga, tepat waktu, dan tepat tempat).

Sinergi untuk Swasembada Pangan

Sementara para petani sibuk dengan lahan mereka, pemerintah pusat memiliki misi yang lebih besar: swasembada pangan. Presiden Prabowo Subianto menargetkan tercapainya swasembada pangan dalam empat hingga lima tahun ke depan. Untuk mewujudkan target ini, Pupuk Indonesia telah meningkatkan alokasi pupuk subsidi di Sulawesi Selatan untuk mendongkrak produksi beras nasional yang ditargetkan mencapai 32 juta ton pada tahun ini.

Sulawesi Selatan, dengan target produksi beras di atas 5 juta ton, memainkan peran sentral dalam mewujudkan cita-cita swasembada pangan ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2024, produksi padi Sulsel mencapai 4,94 juta ton gabah kering giling, setara dengan 2,84 juta ton beras, masih membutuhkan peningkatan untuk mencapai target yang diinginkan.

Peningkatan Kuota Pupuk dan Kemudahan Distribusi

Uvan Nurwahidah Shagir, Plt Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Sulsel, menyatakan adanya kenaikan alokasi pupuk: urea dari 407.492 ton menjadi 424.887 ton, NPK dari 370.193 ton menjadi 386.741 ton, dan pupuk organik dari 14.538 ton menjadi 71.492 ton.

Pemerintah kini mengedepankan penyederhanaan sistem distribusi yang sebelumnya dinilai berbelit. Instruksi Menteri Pertanian memudahkan penebusan pupuk dengan KTP, menggantikan sistem verifikasi panjang.

Optimasi dan Modernisasi Pertanian

Pemerintah juga menargetkan peningkatan Indeks Pertanaman (IP) melalui optimalisasi lahan. Pemanfaatan teknologi pengairan dan perbaikan varietas tanaman dilakukan untuk meningkatkan produktivitas lahan.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, dalam kunjungan kerjanya ke Sulsel, memastikan bahwa penyaluran pupuk dipermudah untuk mendukung target swasembada pangan. Dengan memangkas regulasi yang berbelit, distribusi pupuk kini langsung diarahkan dari produsen ke kelompok tani.

Komitmen Pupuk Indonesia untuk Petani

Lebih jauh, Pupuk Indonesia terus berfokus pada produksi pupuk berkualitas tinggi melalui operational excellence di berbagai pabrik, termasuk PT Pupuk Kaltim dengan kapasitas produksi tinggi. Selain itu, mereka mengembangkan program pendampingan bagi petani melalui inisiatif seperti program MAKMUR, yang mengusung konsep ekosistem pertanian terpadu untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

Dengan optimisme yang menguat dari para petani dan dukungan pemerintah, visi swasembada pangan nampaknya bukan sekadar mimpi. Kolaborasi antara teknologi, kebijakan, dan semangat para petani lokal diharap dapat menjadi fondasi kuat dalam mencapai ketahanan pangan yang sejati.

David

David

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Harga Minyak Naik, Prospek Ekonomi Tetap Menjanjikan

Harga Minyak Naik, Prospek Ekonomi Tetap Menjanjikan

Sinergi Asperindo Dishub Perkuat Layanan Logistik Pontianak

Sinergi Asperindo Dishub Perkuat Layanan Logistik Pontianak

PLTS Hybrid PHR Permudah Belajar di SLB Rumbai

PLTS Hybrid PHR Permudah Belajar di SLB Rumbai

Balikpapan Tawarkan 5 Rumah Murah Strategis Dekat IKN

Balikpapan Tawarkan 5 Rumah Murah Strategis Dekat IKN

Pertamina NRE Perkuat Kolaborasi Energi Bersih Global

Pertamina NRE Perkuat Kolaborasi Energi Bersih Global