Selasa, 09 September 2025

Ratusan Hektare Sawah di Korong Pasadama Tertimbun Pasir, Petani Gagal Panen: Tuntutan Aksi Nyata dari Pemerintah

Ratusan Hektare Sawah di Korong Pasadama Tertimbun Pasir, Petani Gagal Panen: Tuntutan Aksi Nyata dari Pemerintah
Ratusan Hektare Sawah di Korong Pasadama Tertimbun Pasir, Petani Gagal Panen: Tuntutan Aksi Nyata dari Pemerintah

JAKARTA - Ratusan hektare sawah di Korong Pasadama, Nagari Parikmalintang, Kecamatan Anamlingkuang, Padangpariaman, kini mengalami transformasi drastis menjadi lautan pasir dan lumpur. Kondisi ini akibat sedimentasi yang terus-menerus dari Sungai Batang Tapakih yang makin dangkal ditambah dampak pembangunan jalan tol yang melintasi wilayah tersebut. Akibatnya, sawah yang tadinya subur dan produktif, kini menjadi tidak dapat digunakan, menyebabkan para petani mengalami gagal panen berkepanjangan.

Sedimentasi dan Efek Infrastruktur

Fenomena sedimentasi ini makin parah setiap kali hujan deras mengguyur daerah tersebut. Air sungai yang meluap membawa serta lumpur dan pasir ke area persawahan, menutupi tanah sehingga lahan pertanian tidak lagi bisa diolah. Kondisi ini membuat para petani sangat bergantung pada cuaca yang semakin tidak menentu.

Pembangunan infrastruktur seperti jalan tol yang melintasi wilayah ini diduga menjadi salah satu penyebab utama penumpukan material pasir di area sawah. Tanpa adanya solusi jangka panjang, setiap kali hujan turun, material tersebut kembali mengendap di sawah, sehingga para petani mengalami kesulitan dalam mengerjakan lahan mereka.

Upaya Kelompok Tani

Para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Binuang Jaya telah memulai langkah mandiri untuk mengatasi permasalahan ini. Mereka menggunakan dana swadaya untuk menyewa alat berat yang digunakan untuk memperbaiki saluran air dengan harapan dapat mengurangi aliran pasir dan lumpur ke sawah. Namun, upaya ini tak ubahnya seperti menambal celah kapal bocor di tengah badai. Dalam setiap hujan deras, pasir dan lumpur terus berdatangan, kembali menutupi sawah.

Juni Andri, Ketua Kelompok Tani Binuang Jaya, mengungkapkan keprihatinannya. "Kami berharap pemerintah daerah segera bertindak untuk mengatasi masalah ini," ujar Juni, menunjukkan keresahan komunitas petani setempat.

“Kami sudah mengirimkan surat kepada pihak terkait, namun hingga kini belum ada respons yang serius,” lanjutnya. Dampak dari kondisi ini telah berlangsung selama lebih dari lima musim panen, menghadirkan tantangan besar bagi keberlanjutan mata pencaharian petani.

Desakan dari Tokoh Masyarakat dan Pentingnya Aksi Pemerintah

Alam Syahri, anggota DPRD Padangpariaman Dapil I dari Fraksi PAN dan tokoh masyarakat setempat, turut menyuarakan keprihatinannya terhadap masalah ini. Ia menegaskan kebutuhan mendesak bagi Pemprov Sumbar untuk turun tangan mencari solusi permanen. “Sudah lebih dari lima musim panen petani gagal. Masyarakat sangat dirugikan, dan kami sudah beberapa kali menyuarakan hal ini. Namun, sampai sekarang belum ada tindakan konkret dari pemerintah. Kami berharap Balai Sungai yang memiliki wewenang segera menangani permasalahan ini,” tegas Alam.

Menurut Alam, meskipun pemerintah daerah telah melakukan survei lapangan, hasilnya belum terlihat nyata dalam bentuk tindakan konkrit. Surat yang dikirimkan oleh Wali Nagari setempat kepada Balai Sungai hingga kini belum mendapatkan tanggapan, menambah panjang daftar kekecewaan dan kebingungan.

“Kami sudah mengupayakan segala cara, termasuk dengan menyewa alat berat seharga Rp 50 juta, tetapi hasilnya hanya bersifat sementara. Begitu hujan turun, sawah kembali tertimbun pasir dan lumpur,” keluh Alam Syahri, menjelaskan besarnya biaya yang telah dikeluarkan petani yang ternyata tak membuahkan hasil jangka panjang.

Masa Depan Pertanian di Korong Pasadama

Kondisi ini membuat para petani harus menghadapi kenyataan pahit kehilangan mata pencaharian mereka. Banjir yang terus mengalirkan material pasir ke sawah menyebabkan lahan tidak bisa produktif, menempatkan para petani di ambang kebangkrutan.

“Setiap kali siap untuk panen, sawah kami hanyut terbawa air. Ini sudah sering kami alami, dan jika terus dibiarkan, maka petani di sini akan kehilangan mata pencaharian mereka,” ungkap Alam Syahri, dengan nada penuh kekhawatiran.

Kejadian ini menyoroti pentingnya perhatian dan intervensi dari pemerintah untuk menyelamatkan industri pertanian lokal yang menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat setempat. Melihat keadaan ini, diperlukan kebijakan yang terfokus dan terencana dari pihak berwenang untuk memitigasi dampak buruk dari sedimentasi dan pembangunan infrastruktur yang dilakukan tidak dengan memperhatikan lingkungan hidup sekitar.

Diharapkan, pemerintah dapat segera mengambil langkah-langkah yang tepat guna memastikan keberlangsungan hidup para petani di Korong Pasadama serta mengembalikan kesuburan tanah pertanian yang selama ini menjadi sumber penghidupan utama warga setempat. Dengan kerjasama antara pemerintah daerah, provinsi, dan institusi terkait lainnya, solusi yang efektif dan berkelanjutan dapat dicapai untuk mengatasi masalah ini.

Wahyu

Wahyu

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

5 Rumah Murah Berkualitas Siap Huni Kendari

5 Rumah Murah Berkualitas Siap Huni Kendari

Petani Sragen Hemat Biaya Lewat Pompa Surya

Petani Sragen Hemat Biaya Lewat Pompa Surya

Sinergi Kemenkeu BI Dukung Perumahan Rakyat Berkembang

Sinergi Kemenkeu BI Dukung Perumahan Rakyat Berkembang

PLTS Dorong Pemanfaatan Energi Bersih di Indonesia

PLTS Dorong Pemanfaatan Energi Bersih di Indonesia

Terumbu Karang PLTU Batang Dukung Ekowisata

Terumbu Karang PLTU Batang Dukung Ekowisata