Menarik Minat Generasi Muda: Petani Milenial sebagai Ujung Tombak Ketahanan Pangan Aceh
- Rabu, 19 Februari 2025

JAKARTA - Pertanian di Aceh telah memasuki era baru di tangan generasi milenial yang penuh inovasi. Lebih dari 222.000 petani milenial kini bergerak di provinsi ini, membawa angin segar dan potensi besar bagi sektor pertanian di Aceh. Namun, di balik angka yang mengesankan, mereka menghadapi tantangan serius yang membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan.
Potensi dan Tantangan Petani Milenial
Aceh adalah rumah bagi 222.879 petani milenial berusia 19-39 tahun, mencakup sekitar 28 persen dari total petani di provinsi tersebut, menurut Sensus Pertanian 2023. Konsentrasi terbesar dari para petani muda ini ditemukan di Aceh Utara, diikuti oleh Aceh Timur dan Pidie. Kehadiran mereka memberikan harapan baru bagi transformasi sektor pertanian yang lebih modern dan berkelanjutan di Aceh.
Namun, meskipun angka ini menunjukkan potensi, tidak serta-merta menjamin modernisasi otomatis sektor pertanian. Tantangan yang menghadang masih cukup besar. "Banyak anak muda yang masih melihat pertanian sebagai pilihan terakhir karena kurangnya dukungan dalam hal akses modal, pelatihan, dan infrastruktur," kata Dr. Ir Azhar MSc, Dosen Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian USK.
Menurut Laporan Food and Agriculture Organization (FAO), kaum muda memainkan peran penting dalam meningkatkan produksi pangan, terutama dengan penerapan teknologi efisien dan berkelanjutan. Tanpa kehadiran mereka, ketersediaan pangan nasional bisa terancam karena rentannya rantai produksi yang mengakibatkan lonjakan harga.
Inovasi dan Modernisasi Pertanian
Marzukri, petani milenial dari Kabupaten Aceh Selatan, adalah salah satu contoh sukses yang layak ditiru. Setelah belajar teknologi pertanian modern di Thailand dan Jepang, Marzukri menerapkan sistem pertanian berkelanjutan dengan menggunakan sensor tanah dan irigasi pintar untuk mengoptimalkan penggunaan air. "Inovasi ini tidak hanya meningkatkan hasil panen, tapi juga kualitas produk pertanian kami," dia menjelaskan sambil menambahkan bahwa berbagi pengetahuan ini dengan petani lain di Aceh adalah prioritasnya.
Di sektor hortikultura, beberapa petani milenial telah mengadopsi sistem pertanian hidroponik, yang dapat menghemat lahan dan air serta mempercepat proses panen. Model ini dapat diterapkan di Aceh, terutama di wilayah perkotaan dan sekitar kampus. Jika penerapan teknologi ini terus berkembang, keberadaan petani milenial dapat menjadi solusi atas keterbatasan lahan produktif.
Menurut Kementerian Pertanian RI, teknologi seperti smart farming, pertanian presisi, dan pemasaran digital oleh petani muda terbukti mampu meningkatkan produktivitas hingga 30 persen dibandingkan dengan metode konvensional. "Pertanian berbasis teknologi tidak hanya tentang efisiensi, tetapi juga tentang kesejahteraan petani," kata Menteri Pertanian RI dalam salah satu kajiannya.
Kendala dan Solusi Potensial
Baca Juga
Tantangan utama yang dihadapi para petani milenial di Aceh adalah akses yang terbatas terhadap modal dan teknologi, serta minimnya pelatihan. Sistem perdagangan konvensional yang masih mengandalkan tengkulak sering kali merugikan petani dan menekan harga jual hasil pertanian. Tanpa akses pasar yang lebih luas dan modern, pendapatan petani tetap rendah.
Namun, FAO mencatat bahwa regenerasi petani milenial juga menciptakan rantai ekonomi baru di sektor agribisnis. Dengan semakin banyaknya generasi muda yang menghuni industri pertanian berbasis teknologi, kemungkinan menarik lebih banyak investasi dan menciptakan lapangan kerja baru semakin besar.
Peluang dari Kebijakan Pemerintah
Momentum pemimpin baru Aceh, Muzakir Manaf, dengan visi kedaulatan ekonomi berbasis sumber daya lokal, dapat digunakan untuk menguatkan peran penting petani milenial dalam ketahanan pangan daerah. Dengan dana Otonomi Khusus yang masih tersedia hingga 2027, Aceh memiliki dasar yang kuat untuk membangun pusat inovasi pertanian, memberikan subsidi alat dan teknologi, serta memperbaiki sistem pemasaran produk pertanian.
Tanpa strategi diversifikasi dan penggunaan optimal dana Otsus yang tersedia, ada kekhawatiran bahwa modernisasi pertanian bagi petani milenial akan terhenti. Dr. Azhar menyatakan, "Pemerintah wajib memiliki strategi jangka panjang yang jelas sebelum berakhirnya dana Otsus, demi keberlanjutan modernisasi pertanian."
Seperti yang telah berhasil dilakukan di Jawa Tengah dengan program regenerasi yang memberikan insentif lahan dan pelatihan teknologi, Aceh juga bisa mengadopsi konsep ini. Namun, kebijakan saja tidak cukup; diperlukan implementasi yang serius untuk mengatasi hambatan birokrasi dan alokasi anggaran.
Generasi Muda Sebagai Agen Perubahan
Petani milenial di Aceh bukan sekadar angka statistik. Mereka adalah agen perubahan yang bisa membawa wajah baru bagi pertanian Aceh—lebih modern, produktif, dan berkelanjutan. Pemerintah dan instansi pendidikan dapat menyelenggarakan kompetisi inovasi agribisnis untuk mendorong solusi nyata dalam sektor pertanian, dan lebih banyak mengungkap kisah sukses petani milenial untuk menginspirasi generasi muda lainnya.
Dr. Azhar menegaskan, "Jika kebijakan membangun dan mendukung petani milenial dengan baik, Aceh bisa menjadi contoh sukses bagi daerah lain dalam membangun ketahanan pangan berbasis generasi muda." Keberhasilan petani milenial harus lebih diekspos agar menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya. Aceh memiliki potensi untuk menjadi pusat ketahanan pangan berkat kontribusi nyata para petani mudanya.

Herman
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
PLTS Dorong Pemanfaatan Energi Bersih di Indonesia
- 08 September 2025
2.
Terumbu Karang PLTU Batang Dukung Ekowisata
- 08 September 2025
3.
ULTIMA PLN Icon Plus Permudah Home Charging EV
- 08 September 2025
4.
Kilang Cilacap Tingkatkan Budaya Keselamatan Kerja
- 08 September 2025
5.
KUR BRI 2025 Tawarkan Angsuran Ringan Mudah
- 08 September 2025