Rabu, 10 September 2025

Bursa Asia Menghadapi Ancaman Perang Dagang: Investor Semakin Khawatir, Bursa Diprediksi Melemah

Bursa Asia Menghadapi Ancaman Perang Dagang: Investor Semakin Khawatir, Bursa Diprediksi Melemah
Bursa Asia Menghadapi Ancaman Perang Dagang: Investor Semakin Khawatir, Bursa Diprediksi Melemah

JAKARTA - Pada hari Rabu, 19 Februari 2025, bursa saham Asia diprediksi akan mengalami penurunan yang signifikan di tengah meningkatnya kekhawatiran global terkait perang dagang yang semakin meluas dan ketidakpastian geopolitik. Ketidakpastian ini terus membebani kepercayaan investor di seluruh wilayah Asia. Mengacu pada laporan yang dirilis oleh Bloomberg, bursa berjangka di Australia, Hong Kong, dan China berada dalam tekanan jual, sementara indeks acuan Tokyo diperkirakan akan melemah meskipun dalam tingkat yang lebih moderat.

Perkembangan Terkini Pasca Lonjakan S&P 500

Pada saat yang sama, bursa saham Amerika Serikat menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Lonjakan produsen chip membuat indeks S&P 500 mencatatkan rekor tertingginya dengan mengatasi level rekor yang tercapai pada bulan Januari. Hal ini sedikitnya dipicu oleh penguatan sektor teknologi, meskipun mayoritas saham teknologi besar mengalami penurunan. Kondisi ini memperlihatkan kontras yang menonjol antara pasar di Asia dan Amerika Serikat.

Ancaman Tarif Baru dari Presiden Donald Trump

Pendorong utama kekhawatiran pasar Asia adalah ancaman tarif tambahan dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Pada sesi awal Asia, Trump mengeluarkan ancaman potensial untuk memberlakukan tarif sebesar 25% pada impor mobil, semikonduktor, dan produk farmasi. "Saya mungkin akan memberi tahu Anda hal itu pada tanggal 2 April, tetapi angkanya akan mencapai sekitar 25%," tutur Trump. Keputusan ini diharapkan akan diumumkan secara resmi pada tanggal 2 April 2025. Kebijakan ini dipandang sebagai langkah proteksionis yang dapat memperburuk ketegangan perdagangan global.

Terkait dengan impor obat-obatan, Trump mengindikasikan bahwa tarif yang akan dikenakan juga bisa mencapai 25% atau bahkan lebih. "Bea ini akan meningkat secara signifikan dalam jangka waktu satu tahun," tambah Trump, menandakan bahwa ini merupakan langkah strategis jangka panjang untuk memberikan tekanan pada negara-negara pengimpor.

Optimisme yang Muncul dari Sambutan Xi Jinping

Baca Juga

Simulasi KUR BRI September 2025: Cicilan Rp40 Ribuan

Di sisi lain, suasana lebih positif sempat muncul di ekonomi Asia pada pekan ini. Hal ini dipicu oleh sambutan positif dari Presiden China, Xi Jinping, terhadap para pemimpin perusahaan teknologi dalam pertemuan publik yang jarang terjadi. Ini memberikan secercah harapan bahwa Beijing mungkin mengubah pendekatannya untuk memberikan kebebasan lebih besar kepada sektor swasta, yang tentunya dapat berdampak positif dalam menghadapi perang dagang berkepanjangan melawan kebijakan Donald Trump.

Reaksi Pasar AS dan Kebijakan The Fed

Dari Amerika Serikat, Indeks S&P 500 mencatat rekor tertinggi baru, dengan investor mencermati kebijakan Federal Reserve. Presiden Federal Reserve Bank San Francisco, Mary Daly, menegaskan bahwa kebijakan moneter harus tetap restriktif hingga ada perkembangan yang signifikan dalam upaya menurunkan inflasi yang diperkirakan akan menurun sejalan dengan waktu.

Komentar dari Bank Jepang tentang Kebijakan Moneter

Sementara itu, dari Jepang terdengar komentar mantan wakil gubernur Bank of Japan, Hiroshi Nakaso, yang menyatakan bahwa bank sentral mungkin akan terus menaikkan suku bunga acuan menuju 1% untuk saat ini. Ia menambahkan bahwa peluang kenaikan lebih lanjut mungkin akan dicari tergantung bagaimana kondisi perekonomian berkembang. Komentar Nakaso ini menunjukkan sinyal yang hati-hati dari pembuat kebijakan Jepang mengingat kondisi pasar dan ekonomi global yang tidak menentu.

Pertemuan Amerika dan Rusia: Peluang Kerjasama Lebih Luas?

Selain perkembangan di sektor ekonomi, ada juga dimensi geopolitik yang turut mempengaruhi sentimen pasar. Baru-baru ini, pejabat tinggi dari Amerika dan Rusia mengadakan pertemuan untuk perundingan awal tentang konflik di Ukraina. Meski hasil dari pertemuan ini masih belum jelas, pertemuan ini bisa membuka jalan bagi kerjasama yang lebih luas antara kedua negara yang selama ini terlibat dalam ketegangan politik dan ekonomi.

Dampak Ketidakpastian: Permintaan pada Safe Haven

Menariknya, ketidakpastian yang dihadirkan oleh ancaman tarif Trump turut mendorong permintaan terhadap aset safe haven. Harga emas mengalami lonjakan yang signifikan, mencerminkan kepanikan dan kehati-hatian investor yang mencari perlindungan dari potensi guncangan ekonomi yang lebih besar.

Sebagai penutup, situasi di Bursa Asia menunjukkan betapa pentingnya stabilitas dan kepastian dalam perekonomian global. Ancaman perang dagang yang begitu nyata memaksa para pelaku pasar untuk lebih waspada dan mempertimbangkan kembali strategi investasi mereka. Dengan perkembangan terbaru yang terus bergulir, pasar akan tetap berada dalam perhatian penuh, menunggu kebijakan yang mungkin akan mengubah lanskap ekonomi global secara drastis.

Herman

Herman

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

BNI KUR 2025: Pinjaman Usaha Ringan Hingga Rp500 Juta

BNI KUR 2025: Pinjaman Usaha Ringan Hingga Rp500 Juta

KUR Mandiri 2025: Pinjaman UMKM Bunga Rendah dan Ringan

KUR Mandiri 2025: Pinjaman UMKM Bunga Rendah dan Ringan

Tips Cicilan KPR Ideal: Maksimal Sepertiga dari Gaji

Tips Cicilan KPR Ideal: Maksimal Sepertiga dari Gaji

Investasi Emas Mikro: Solusi Menabung Cerdas untuk Generasi Muda

Investasi Emas Mikro: Solusi Menabung Cerdas untuk Generasi Muda

OJK Bakal Seragamkan Aturan Rekening Dormant di Bank

OJK Bakal Seragamkan Aturan Rekening Dormant di Bank