Harga Komoditas Terkini (18 Februari 2025): Kenaikan Emas dan CPO, Pelemahan Batu Bara
- Selasa, 18 Februari 2025

JAKARTA - Saham komoditas global menggelar pertunjukan dramatis di pasar pada hari Selasa, 18 Februari 2025, dengan harga emas dan minyak kelapa sawit mentah (CPO) terpantau mengalami peningkatan, sementara batu bara menunjukkan tren penurunan. Pernyataan tegas dari Presiden AS, Donald Trump, yang mengancam kebijakan tarif timbal balik, serta kondisi meteorologi di Asia Tenggara, memberikan sentimen yang memengaruhi harga-harga komoditas dunia ini.
Harga Emas Menguat di Tengah Melemahnya Dolar AS
Komoditas emas menunjukkan kenaikan signifikan, melampaui angka US$2.900 per troy ounce. Kondisi ini didorong oleh melemahnya dolar AS serta meningkatnya keprihatinan atas perang dagang yang diungkapkan Presiden Donald Trump. Harga emas di pasar spot mengalami kenaikan sebesar 0,5% menjadi US$2.897,49 per troy ounce. Sebelumnya, harga emas pernah mencapai rekor tertinggi sepanjang masa di tingkat US$2.942,70 per troy ounce seminggu sebelumnya. Sementera itu, emas berjangka di AS naik 0,3% ke level US$2.910,30 per troy ounce.
"Dalam kondisi ketidakpastian tarif dan perang dagang ini, emas menjadi pilihan utama bagi para investor yang mencari aset yang lebih aman," ujar Giovanni Staunovo, analis UBS. Giovanni menambahkan pandangan optimis bahwa emas kemungkinan akan menembus level US$3.000 dalam waktu dekat, teriring dengan permintaan dari bank sentral yang sedang berlangsung.
Sejalan dengan itu, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, menyoroti pentingnya negosiasi damai Ukraina dan Rusia, yang menurutnya dapat berpotensi mempengaruhi permintaan bank sentral terhadap emas. Morgan Stanley turut menyatakan kewaspadaan terhadap perubahan minat bank sentral menyusul potensi kesepakatan damai tersebut.
Harga Batu Bara Cenderung Melemah
Berbeda dengan emas, batu bara menunjukkan tren penurunan. Berdasarkan data Bar Chart, harga batu bara kontrak bulan Februari 2025 di ICE Newcastle turun 0,73% ke tingkat US$102 per metrik ton. Adapun, kontrak Maret 2025 terkoreksi sebesar 0,48% mencapai US$104,60 per metrik ton.
Tim ekonomi Bank Dunia, termasuk Paolo Agnolucci, Matias Guerra Urzua, dan Nikita Makarenko, memperkirakan penurunan harga batu bara thermal selama 2025 dan 2026. "Konsumsi batu bara global diperkirakan akan mengalami sedikit penurunan pada 2025 dan berkelanjutan pada 2026, seiring dengan percepatan peralihan ke energi terbarukan dan gas alam," kata laporan tersebut.
China yang merupakan konsumen terbesar batu bara dunia telah mengisi sebagian besar permintaan listrik tambahannya dengan sumber energi terbarukan dan pembangkit tenaga air. Hal ini diprediksi berkontribusi pada penurunan permintaan global untuk batu bara.
Kenaikan Harga Minyak Kelapa Sawit di Tengah Ancaman Banjir
Komoditas minyak kelapa sawit (CPO) juga mengalami kenaikan harga. Pada penutupan perdagangan Senin, 17 Februari 2025, harga kontrak Maret 2025 naik 36 poin menjadi 4.736 ringgit per ton di Bursa Derivatif Malaysia, sementara kontrak April 2025 juga melonjak 36 poin ke level 4.628 ringgit per ton.
Ahmad Parveez Ghulam Kadir, Direktur Jenderal Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB), menyatakan bahwa produksi minyak sawit tetap terkendali meskipun terjadi banjir di beberapa negara bagian. "Potensi gangguan mungkin terjadi akibat genangan air dan penundaan panen, namun dampaknya terhadap produksi secara keseluruhan diperkirakan dapat diatasi," ungkapnya.
Fenomena cuaca ekstrem, seperti Musim Timur Laut yang diprediksi berlanjut hingga Maret, juga mempengaruhi situasi ini. Banjir dahsyat yang melanda Malaysia pada tahun sebelumnya telah memaksa ribuan penduduk mengungsi di daerah seperti Johor, Sarawak, dan Sabah. Daerah tersebut mencakup 55% dari total perkebunan kelapa sawit di Malaysia, dan menyumbang lebih dari 43% produksi minyak mentah kelapa sawit negara itu.
Ahmad Parveez juga mengungkapkan upaya kerjasama dengan para petani untuk menjaga stabilitas produksi. Meski terdapat efek negatif jangka pendek, MPOB optimis sektor minyak kelapa sawit Malaysia akan terus memenuhi permintaan global yang stabil, termasuk dari negara-negara seperti India, China, dan berbagai negara di Eropa.
Permintaan minyak sawit di India diperhitungkan akan memuncak menjelang bulan suci Ramadhan, meskipun terdapat preferensi pada minyak kedelai yang menawarkan margin penyulingan lebih baik. Hal ini memberi optimisme bahwa harga CPO akan tetap kuat seiring berjalannya waktu.
Dengan dinamika ini, pergerakan harga komoditas dunia tampak cukup dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan internal. Emas dan CPO mengalami lonjakan harga, sementara batu bara menghadapi tantangan berat menuju harga lebih rendah, mengantisipasi perubahan dalam lanskap energi global. Sebagai komoditas yang menentukan arus ekonomi dunia, perkembangan ini mencerminkan kondisi kebijakan dan iklim global yang senantiasa mempengaruhi permintaan dan pasar.

Herman
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Rekomendasi POCO 2025: Hasil Foto Spektakuler
- 07 September 2025
2.
OnePlus Pad 2 Pro, Tablet Android Performa Gahar
- 07 September 2025
3.
Vivo X300 Hadir dengan Layar Perlindungan Mata
- 07 September 2025
4.
Itel A90 Limited Edition, Ponsel Tahan Banting
- 07 September 2025
5.
ASUS Vivobook S14, Laptop AI Andal Profesional
- 07 September 2025