Jumat, 19 September 2025

BNI Optimalkan Pelonggaran Moneter untuk Dorong Kredit Produktif

BNI Optimalkan Pelonggaran Moneter untuk Dorong Kredit Produktif
BNI Optimalkan Pelonggaran Moneter untuk Dorong Kredit Produktif

JAKARTA - Kebijakan moneter longgar yang kembali ditempuh Bank Indonesia (BI) membuka ruang baru bagi perbankan nasional untuk meningkatkan penyaluran kredit. Salah satu bank yang menyatakan kesiapannya memanfaatkan peluang ini adalah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI).

Penurunan suku bunga acuan BI sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen pada Rabu (17 September 2025) memberi sinyal positif bagi dunia usaha sekaligus memperkuat optimisme perbankan dalam menyalurkan pembiayaan. Dengan langkah ini, BI tercatat telah menurunkan BI-Rate sebanyak enam kali sejak tahun lalu, dengan total pemangkasan mencapai 150 bps.

BNI menilai kebijakan tersebut menjadi momentum penting untuk mengarahkan pembiayaan ke sektor-sektor produktif, terutama yang memiliki efek berganda pada perekonomian nasional.

Baca Juga

IHSG Rekor Baru, Saham Dividen Murah Jadi Incaran

Dorongan untuk Kredit Produktif

Corporate Secretary BNI, Okki Rushartomo, menegaskan bahwa pihaknya siap mengoptimalkan momentum pelonggaran moneter ini untuk mendukung sektor riil.

“BNI akan memanfaatkan momentum ini untuk mengarahkan pembiayaan pada sektor-sektor produktif seperti UMKM, perumahan rakyat, perdagangan, dan industri, sehingga manfaatnya langsung dirasakan masyarakat,” ujar Okki di Jakarta, Kamis (18 September 2025).

Ia menambahkan, penurunan BI-Rate akan membuat biaya dana lebih efisien bagi perbankan. Hal ini bukan hanya menekan beban bunga kredit, tetapi juga membuka peluang bagi bank untuk memperluas penyaluran pembiayaan dengan tetap menjaga kualitas aset.

“Pelonggaran suku bunga acuan ini menjadi momentum bagi perbankan, termasuk BNI, untuk meningkatkan penyaluran kredit produktif dengan biaya dana yang lebih efisien,” tegasnya.

Sinyal Positif bagi Dunia Usaha

Menurut Okki, kebijakan BI ini memberikan sinyal positif bagi pelaku usaha di tengah kebutuhan pembiayaan yang semakin meningkat. Turunnya suku bunga acuan memungkinkan suku bunga kredit juga terkoreksi, sehingga dunia usaha lebih leluasa melakukan ekspansi.

Keputusan BI dianggap selaras dengan strategi pemerintah dalam menjaga pertumbuhan ekonomi nasional. Penurunan suku bunga tidak hanya memperluas likuiditas, tetapi juga memperkuat daya serap pembiayaan di sektor prioritas.

“Dengan kombinasi stimulus moneter dari BI dan kebijakan fiskal pemerintah, prospek pertumbuhan kredit BNI akan semakin kuat sekaligus memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional,” jelas Okki.

Momentum Pemulihan Ekonomi

Penurunan BI-Rate secara berkelanjutan diharapkan mempercepat pemulihan daya beli masyarakat. Kredit konsumtif seperti pembiayaan perumahan rakyat, sekaligus kredit produktif bagi UMKM dan sektor perdagangan, dinilai akan mendapatkan dorongan tambahan.

BNI melihat sinergi antara pelonggaran moneter dan strategi pembiayaan bank dapat memperkuat fondasi pemulihan ekonomi. Dengan biaya dana yang lebih rendah, ruang untuk menyalurkan kredit kepada pelaku usaha menjadi lebih luas, yang pada gilirannya mendorong aktivitas ekonomi di berbagai sektor.

Okki menyebut langkah ini juga sejalan dengan upaya menjaga momentum pertumbuhan ekonomi jangka panjang. “Keputusan BI untuk menurunkan suku bunga acuan membuka ruang bagi penurunan suku bunga kredit, peningkatan likuiditas, serta penguatan daya serap pembiayaan ke sektor-sektor prioritas,” ujarnya.

Prinsip Kehati-hatian Tetap Dijaga

Meskipun optimis memperluas penyaluran kredit, BNI menegaskan tetap berkomitmen menjaga keseimbangan antara pertumbuhan kredit dan kualitas aset. Prinsip kehati-hatian serta tata kelola yang baik akan terus menjadi pedoman utama perseroan dalam menyalurkan pembiayaan.

Komitmen ini penting untuk memastikan bahwa pertumbuhan kredit tidak mengorbankan stabilitas perbankan. Dengan strategi prudent, BNI berharap ekspansi kredit produktif dapat berjalan seiring dengan peningkatan kualitas aset yang sehat.

Prospek Pertumbuhan Kredit

Langkah pelonggaran moneter BI diprediksi akan menjadi katalis positif bagi seluruh industri perbankan, termasuk BNI. Di satu sisi, penurunan suku bunga meningkatkan likuiditas. Di sisi lain, kebijakan ini memperluas ruang gerak sektor riil untuk tumbuh.

BNI menilai prospek pertumbuhan kredit pada sisa tahun 2025 hingga 2026 akan semakin cerah. Kombinasi kebijakan moneter dan fiskal dinilai akan memperkuat kepercayaan dunia usaha, mendorong konsumsi masyarakat, dan meningkatkan investasi produktif.

“BNI optimistis dengan kondisi ini, karena mampu mendukung pertumbuhan ekonomi nasional secara berkelanjutan,” tutur Okki.

Pelonggaran moneter BI melalui pemangkasan BI-Rate memberi angin segar bagi industri perbankan. Bagi BNI, kesempatan ini akan digunakan untuk memperkuat pembiayaan pada sektor produktif yang memiliki peran vital dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian, BNI optimis bahwa ekspansi kredit produktif akan memberi manfaat nyata, tidak hanya bagi dunia usaha, tetapi juga bagi masyarakat luas.

Ke depan, sinergi antara kebijakan moneter, fiskal, dan strategi pembiayaan perbankan diharapkan dapat mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia dan memperkuat fondasi pertumbuhan yang inklusif.

Aldi

Aldi

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Investasi Triple B Dorong Akuisisi dan Lonjakan Saham MEJA

Investasi Triple B Dorong Akuisisi dan Lonjakan Saham MEJA

Bank Muamalat Luncurkan Investasi Syariah Sosial untuk Kesehatan

Bank Muamalat Luncurkan Investasi Syariah Sosial untuk Kesehatan

Pemerintah Masih Kaji Tarif Cukai Rokok Tahun 2026

Pemerintah Masih Kaji Tarif Cukai Rokok Tahun 2026

Defisit RAPBN 2026 Naik, Pemerintah Fokus Belanja Prioritas

Defisit RAPBN 2026 Naik, Pemerintah Fokus Belanja Prioritas

DJP Siapkan Aturan Baru PPh UMKM dan Horeka

DJP Siapkan Aturan Baru PPh UMKM dan Horeka