
JAKARTA - Olahraga di era modern telah menjelma menjadi ruang kolaborasi yang melibatkan banyak pihak. Tidak lagi sebatas arena adu fisik maupun sekadar hiburan, olahraga kini menjadi ekosistem strategis yang menghubungkan kepentingan masyarakat, negara, hingga dunia usaha. Dari sponsorship hingga program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), keterlibatan sektor swasta menjadi faktor penentu yang dapat mendorong prestasi atlet sekaligus membangun nilai sosial dan ekonomi.
Di titik inilah, perusahaan berperan sebagai penopang utama. Mereka hadir bukan hanya sebagai penyedia dana, melainkan juga sebagai motor inovasi dan pembentuk kultur profesionalisme. Sponsorship yang berkelanjutan, pendirian akademi olahraga, hingga pembinaan atlet muda adalah contoh nyata bagaimana dunia usaha ikut membentuk ekosistem olahraga yang sehat.
Kolaborasi sebagai Fondasi Ekosistem
Baca Juga17 Makanan Khas Perancis yang Wajib Kamu Tahu, Ada yang Sudah Kamu Coba?
Seiring perkembangan zaman, keberhasilan olahraga tidak lagi dapat ditopang oleh satu pihak saja. Atlet dan pelatih memang memiliki peran penting, tetapi dukungan dari pemerintah serta dunia usaha menjadi elemen penentu. Ekosistem olahraga modern mengajarkan bahwa kolaborasi multiaktor adalah kunci keberhasilan.
Bagi perusahaan, olahraga pun memberi nilai tambah. Sponsorship atau investasi yang mereka lakukan bukan hanya soal membangun citra merek, melainkan juga memperluas pasar serta memperkuat loyalitas konsumen. Dengan begitu, kepentingan bisnis dan sosial dapat berjalan beriringan.
Praktik Global: Korporasi sebagai Pilar
Jika menengok ke kancah global, keterlibatan dunia usaha telah lama menjadi pilar penting olahraga. Nike dan Adidas, misalnya, tidak hanya berperan sebagai produsen perlengkapan, tetapi juga mendanai riset inovasi, membangun akademi usia muda, hingga mendukung event internasional seperti Olimpiade dan Piala Dunia.
Red Bull bahkan mengambil langkah lebih jauh dengan mendirikan tim olahraga sendiri, mulai dari Formula 1 hingga klub sepak bola seperti RB Leipzig dan Red Bull Salzburg. Kehadiran swasta di level ini menunjukkan bahwa olahraga dapat menjadi bagian integral dari strategi bisnis sekaligus medium pembinaan atlet jangka panjang.
Model di Indonesia
Di Indonesia, pola serupa mulai terlihat. Perusahaan-perusahaan besar ikut aktif dalam mendukung cabang olahraga nasional. BRI dan Bank Mandiri terlibat dalam liga sepak bola, Pertamina menjadi sponsor utama MotoGP Mandalika serta mendukung cabang basket dan renang, sementara operator seluler seperti Telkomsel dan Indosat berperan dalam pengembangan e-sports.
Selain sponsorship, sejumlah perusahaan juga mendirikan klub dan akademi olahraga. PB Djarum, misalnya, menjadi model sukses dengan melahirkan juara-juara dunia bulutangkis seperti Liem Swie King, Kevin Sanjaya, hingga Gregoria Mariska. Bank BNI mendukung PB Jaya Raya, yang melahirkan legenda bulutangkis Taufik Hidayat dan Greysia Polii.
Contoh lainnya adalah Bank bjb dengan klub voli bjb Tandamata, Perhutani di Jawa Barat dengan klub voli Perhutani, serta Pertamina dengan klub basketnya di IBL. PT Freeport Indonesia mendirikan Papua Football Academy sebagai wadah pembinaan sepak bola usia dini, sedangkan PT Pupuk Kaltim pernah mendukung klub Bontang FC. Semua ini menunjukkan bahwa sektor swasta dapat menjadi mitra strategis pemerintah dalam membangun ekosistem olahraga.
Keterlibatan di Jambi: Masih Sponsorship
Konteks Jambi juga mencerminkan arah serupa, meskipun pola keterlibatan swasta masih dominan di sisi sponsorship dan penyediaan sarana. Beberapa contoh adalah dukungan SKK Migas PetroChina pada ajang Presisi Merdeka Run 2025 serta berbagai turnamen bulutangkis, taekwondo, dan mini soccer. PTPN IV Regional 4 menyalurkan dana CSR senilai Rp261 juta untuk fasilitas olahraga dan karate, sementara PTPN VI memberikan apresiasi bagi atlet SEA Games dan membangun sarana olahraga sekolah.
Bank Jambi sendiri didorong pemerintah untuk aktif melalui Forum CSR, sedangkan Bank MNC Internasional Cabang Jambi menyelenggarakan turnamen biliar guna menjaring bibit atlet. Pada 2022, Forum CSR Kota Jambi menghimpun dana hingga Rp15 miliar dari sekitar 50 pelaku usaha untuk pembangunan masyarakat, termasuk sektor olahraga.
Namun, pembinaan jangka panjang seperti akademi, kontrak atlet, atau beasiswa rutin masih belum tampak signifikan. Dukungan perusahaan di Jambi cenderung bersifat event-based dan terbatas pada penyediaan fasilitas. Padahal, kebutuhan ekosistem olahraga modern menuntut pola yang lebih berkelanjutan.
Program Bapak Angkat Olahraga
Sebagai jawaban atas kesenjangan tersebut, KONI Jambi tengah menyiapkan Program Bapak Angkat Olahraga. Melalui program ini, perusahaan swasta, BUMN, dan BUMD diharapkan dapat terlibat langsung dalam pembiayaan serta pembinaan atlet menuju PON 2028.
Jika terwujud, inisiatif ini dapat melengkapi peran APBD yang selama ini masih terbatas. Dengan adanya regulasi seperti UU No. 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan, Perpres No. 86 Tahun 2021 tentang DBON, dan Permenpora tentang CSR olahraga, payung hukum bagi keterlibatan swasta sebenarnya sudah cukup kuat.
Harapan untuk Masa Depan
Jika pola dukungan swasta di Jambi dapat diarahkan meniru model sukses PB Djarum, Perhutani, Bank bjb, Pertamina, atau Freeport, maka pembinaan atlet lokal akan semakin terstruktur. Hasilnya bukan hanya prestasi di PON 2028, melainkan juga munculnya generasi atlet baru yang siap berkiprah di tingkat nasional bahkan internasional.
Lebih jauh lagi, ekosistem olahraga yang terbangun akan menjadi warisan sosial yang berharga. Olahraga dapat menjadi ruang di mana mimpi atlet lahir, karakter bangsa ditempa, dan semangat kebersamaan masyarakat Jambi terus menyala. Dengan sinergi yang konsisten antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, olahraga tidak hanya menghasilkan medali, tetapi juga menjadi medium pembangunan sosial-ekonomi yang berkelanjutan.

Aldi
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
17 Makanan Khas Perancis yang Wajib Kamu Tahu, Ada yang Sudah Kamu Coba?
- Sabtu, 06 September 2025
Apa Itu Impulsive Buying? Faktor, Indikator, Contoh & Hubungan dengan FOMO Marketing
- Sabtu, 06 September 2025
Apa Itu Impulsive Buying? Faktor, Indikator, Contoh & Hubungan dengan FOMO Marketing
- Sabtu, 06 September 2025
Apa Itu Impulsive Buying? Faktor, Indikator, Contoh & Hubungan dengan FOMO Marketing
- Sabtu, 06 September 2025
Terpopuler
1.
Cost of Fund Adalah: Pengertian, Jenis, dan Cara Menghitung
- 06 September 2025
2.
Value for Money Adalah: Definisi, Konsep, dan Manfaat
- 06 September 2025
3.
Net Worth Adalah: Inilah Cara Hitung & Simulasinya
- 06 September 2025
4.
5.
Mengenal 11 Makanan Khas Bekasi yang Kaya Rasa dan Cerita
- 06 September 2025