Sabtu, 06 September 2025

Harga Batu Bara Naik Didukung Permintaan China

Harga Batu Bara Naik Didukung Permintaan China
Harga Batu Bara Naik Didukung Permintaan China

JAKARTA - Harga batu bara mengalami penguatan pada Senin, 1 September 2025, seiring kabar dari China terkait pengetatan regulasi keselamatan tambang, menurunnya produksi, dan berkurangnya impor batu bara. Kenaikan ini menjadi sentimen positif bagi pasar global, terutama bagi eksportir batu bara ke China, yang menjadi konsumen utama di dunia.

Harga batu bara Newcastle untuk kontrak September 2025 naik US$ 0,3 menjadi US$ 109,9 per ton. Kontrak Oktober 2025 menguat US$ 0,35 menjadi US$ 110,8 per ton, sedangkan November 2025 terkerek US$ 0,4 menjadi US$ 111,9 per ton. Di sisi lain, harga batu bara Rotterdam untuk September 2025 meningkat US$ 0,25 menjadi US$ 96,45, Oktober 2025 naik US$ 0,15 menjadi US$ 97,35, dan November 2025 terkerek US$ 0,35 menjadi US$ 98,4 per ton.

Dikutip dari Bigmint, pasar batu bara kokas China kembali dilanda kekhawatiran setelah muncul isu pengetatan regulasi keselamatan di Shanxi, provinsi penghasil batu bara terbesar di negara tersebut. Insiden tambang dan meningkatnya inspeksi keselamatan menyebabkan gangguan produksi, meski dampaknya tidak sebesar yang diperkirakan pelaku pasar.

Baca Juga

Harga BBM Terbaru Berlaku Seluruh SPBU

Berdasarkan survei Mysteel Global hingga 27 Agustus, sebanyak 54 dari 153 tambang batu bara kokas di Shanxi mengurangi atau menghentikan produksi. Kapasitas yang menganggur mencapai 61,1 juta ton per tahun atau 34,7% dari total, namun hanya seperempatnya disebabkan inspeksi keselamatan, sementara sisanya akibat gangguan teknis tambang.

Salah satu insiden besar terjadi pada 26 Agustus, ketika atap tambang batu bara Du’erping di Lvliang runtuh dan menewaskan dua pekerja. Kabar bahwa semua tambang di Lvliang dengan catatan kecelakaan akan ditutup dibantah Mysteel. Namun, sehari kemudian, sebuah tambang berkapasitas 5 juta ton per tahun di Taiyuan dihentikan operasinya oleh otoritas karena pelanggaran keselamatan.

Inspeksi keselamatan paling ketat terjadi di Linfen, selatan Shanxi, dengan delapan tambang (kapasitas 12,8 juta ton/tahun) diperintahkan menghentikan operasi selama 4–10 hari. Sebaliknya, sebagian besar tambang di Lvliang, Changzhi, dan Jinzhong belum menerima instruksi resmi, meski ada penghentian sukarela akibat masalah tambang.

Mysteel juga mencatat beberapa tambang di bawah Huozhou Coal Electricity, anak usaha Shanxi Coking Coal Group, diperintahkan memangkas hari kerja wajib dari 330 menjadi 276 hari pada awal Agustus. Namun, kebijakan ini belum meluas secara nasional.

Ke depan, pasokan batu bara kokas dari Shanxi diperkirakan masih menyusut dalam sepekan mendatang. Beberapa tambang di Taiyuan dan Jinzhong berencana menghentikan produksi sementara untuk memastikan keselamatan, sementara tambang di Linfen akan menutup operasi singkat 1–2 hari.

Pada periode 21–27 Agustus, tingkat utilisasi kapasitas 523 tambang kokas yang disurvei Mysteel turun menjadi 84,04% dari 85,21% pekan sebelumnya. Produksi harian batu bara mentah juga terkoreksi 1,4% menjadi 1,89 juta ton, mencerminkan perlambatan output yang mulai memengaruhi pasokan global.

Sementara itu, Reuters melaporkan, raksasa energi China, Shenhua Energy Co Ltd, memperkirakan pertumbuhan produksi batu bara domestik akan melambat pada paruh kedua 2025, sementara impor diperkirakan terus turun dibanding periode sama tahun lalu.

Dalam laporan tengah tahunnya, Jumat, 29 Agustus 2025, Shenhua menyebut sejak Juli pemerintah mulai membatasi produksi guna menahan kejatuhan harga. Pemeriksaan ketat juga dilakukan untuk memastikan tambang tidak melebihi kuota produksi yang ditetapkan, yang berdampak pada pengurangan pasokan.

Jika harga batu bara pulih, daya saing impor diperkirakan makin tertekan. Pada paruh pertama tahun ini, impor batu bara China sudah turun 13% year on year, dan ke depan keunggulan harga impor diperkirakan makin menyempit, menurunkan ketergantungan terhadap pasokan luar negeri.

Shenhua, anak usaha China Energy Investment Corp, yang merupakan produsen batu bara terbesar di negara tersebut, mencatat laba bersih turun 12% year on year menjadi 24,64 miliar yuan atau setara US$ 3,46 miliar pada Januari–Juni 2025 akibat harga batu bara yang lebih rendah. Meski demikian, penguatan harga di pasar spot memberi optimisme bagi pelaku industri.

Kondisi ini mendorong pedagang dan eksportir global untuk menyesuaikan strategi penjualan. Kenaikan harga batu bara Newcastle dan Rotterdam menjadi indikasi bahwa penguatan permintaan, meski terbatas, dipengaruhi faktor teknis dan regulasi di China. Pasokan yang lebih ketat akibat inspeksi keselamatan dan gangguan produksi membuat pelaku pasar memprediksi harga bertahan di level tinggi dalam beberapa pekan ke depan.

Secara keseluruhan, penguatan harga batu bara pada awal September 2025 menunjukkan dinamika pasar yang sangat dipengaruhi oleh keputusan produsen utama di China. Penurunan impor dan perlambatan produksi domestik memberi tekanan pada pasokan global, yang berdampak positif terhadap harga batu bara internasional, sekaligus meningkatkan daya saing eksportir utama.

Sindi

Sindi

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Pertamina Tambah Pasokan Gas Elpiji Malang Raya

Pertamina Tambah Pasokan Gas Elpiji Malang Raya

Khofifah Pastikan Bantuan Logistik Bawean Lancar

Khofifah Pastikan Bantuan Logistik Bawean Lancar

Rumah Murah Bekasi Serba Rp 168 Juta

Rumah Murah Bekasi Serba Rp 168 Juta

Harga BBM Pertamina Terkini Seluruh Wilayah Indonesia

Harga BBM Pertamina Terkini Seluruh Wilayah Indonesia

Diskon Spesial Tambah Daya Listrik Bulan Ini

Diskon Spesial Tambah Daya Listrik Bulan Ini