Indonesia Maksimalkan Nuklir dan Surya, Batu Bara Tinggal 7,8 Persen

Rabu, 24 September 2025 | 12:33:16 WIB
Indonesia Maksimalkan Nuklir dan Surya, Batu Bara Tinggal 7,8 Persen

JAKARTA - Indonesia bersiap menghadapi transformasi energi besar-besaran selama beberapa dekade ke depan.

Pemerintah menargetkan pengurangan pemanfaatan batu bara secara signifikan hingga hanya tersisa 7,8% pada 2060, sambil mendorong implementasi energi baru dan terbarukan (EBT) sebagai tulang punggung pasokan listrik nasional. Langkah ini tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 40/2025 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN), yang diteken Presiden Prabowo Subianto pada 15 September 2025.

PP KEN terbaru menekankan strategi bauran energi primer yang seimbang untuk menjaga ketersediaan pasokan sekaligus menurunkan emisi gas rumah kaca sektor energi. Dalam pasal 12 ayat (b), diuraikan peta jalan yang akan menjadi acuan kebijakan energi hingga 2060, termasuk target penurunan batu bara dan peningkatan EBT.

Pengurangan Pemanfaatan Batu Bara Secara Bertahap

Target pengurangan batu bara dimulai dengan menurunkan pangsa energi ini menjadi 40,8%–41,6% pada 2030. Pada 2040, porsi batu bara diproyeksikan turun menjadi 28,9%–31%, lalu semakin ditekan menjadi 19,1%–20,9% pada 2050. Puncaknya, pada 2060, penggunaan batu bara hanya 7,8%–11%, menandakan pergeseran besar dari ketergantungan pada energi fosil.

Peningkatan Peran Energi Baru Terbarukan (EBT)

Seiring pengurangan batu bara, pemanfaatan EBT akan meningkat, khususnya di sektor ketenagalistrikan. Energi ini meliputi tenaga air, surya, angin, biomassa, panas bumi, biogas, dan untuk pertama kalinya, nuklir.

Hidro: Energi air akan berkontribusi 1,8%–2,3% pada 2030, meningkat menjadi 4,9%–5,1% pada 2060.

Surya: Kontribusi energi surya diperkirakan naik signifikan dari 1,3%–1,6% pada 2030 menjadi 29,8%–32% pada 2060, menunjukkan fokus besar pada tenaga matahari.

Angin: Meski porsinya kecil, energi angin akan meningkat dari 0,3%–0,5% pada 2030 menjadi 0,9%–1,1% pada 2040.

Energi berbasis biomassa juga menjadi bagian penting bauran energi. Porsi awalnya 7,2%–9% pada 2030, turun sedikit pada 2040, lalu naik kembali menjadi 12,2%–13,4% pada 2060. Panas bumi diproyeksikan meningkat dari 3,4%–4% pada 2030 menjadi 4,9%–5,2% pada 2060. Sementara energi biogas masih memiliki porsi kecil, tetapi meningkat dari 0,013%–0,014% pada 2030 menjadi 0,043%–0,049% pada 2060.

Nuklir Masuk Bauran Energi Nasional

Keputusan menambahkan nuklir ke dalam bauran energi menjadi langkah strategis. Energi nuklir akan berkontribusi 0,4%–0,5% pada 2032, meningkat tajam menjadi 11,7%–12,1% pada 2060. Dengan demikian, nuklir menjadi salah satu tulang punggung pasokan listrik rendah emisi di masa depan.

Energi Bahan Bakar Nabati dan Lainnya

Bahan bakar nabati akan menyumbang 5,1%–5,2% pada 2030, namun porsinya menurun bertahap menjadi 2,1%–2,6% pada 2060. Sementara itu, EBT lainnya akan terus dimaksimalkan, meski kontribusinya masih kecil, dari 0,1%–0,2% pada 2030 menjadi 1,5%–1,6% pada 2060.

Strategi Nasional untuk Ketahanan Energi

Pemerintah menegaskan bahwa transformasi ini bukan sekadar pengalihan energi, tetapi bagian dari strategi besar untuk memastikan ketahanan energi nasional, menekan emisi karbon, dan memanfaatkan potensi EBT secara optimal. Fokus pada surya dan nuklir menunjukkan arah kebijakan yang pro-lingkungan dan berorientasi jangka panjang, sekaligus mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil yang terbatas dan berdampak tinggi terhadap lingkungan.

Pengembangan EBT di Indonesia akan melibatkan berbagai teknologi, termasuk instalasi pembangkit tenaga surya skala besar, pengembangan PLTA, PLTB, pembangkit biomassa dan biogas, serta kesiapan proyek energi nuklir. Langkah ini sejalan dengan upaya global untuk mengurangi emisi dan mengantisipasi krisis energi di masa depan.

Dengan target pengurangan batu bara drastis dan peningkatan EBT yang agresif, Indonesia berkomitmen membangun ekosistem energi yang lebih bersih, efisien, dan berkelanjutan hingga 2060. Transisi ini diharapkan mampu menciptakan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan, menjadikan energi ramah lingkungan bukan sekadar pilihan, tetapi kebutuhan strategis nasional.

Terkini

Purbaya Pastikan Dukungan APBN untuk IKN Lanjut 2026

Rabu, 24 September 2025 | 16:18:17 WIB

BI Longgarkan Suku Bunga, OECD Naikkan Proyeksi RI

Rabu, 24 September 2025 | 16:18:16 WIB

IHSG Catat Rekor Tertinggi, Analis Waspadai Potensi Koreksi

Rabu, 24 September 2025 | 16:18:14 WIB

Harga Buyback Emas Antam Naik, Simak Aturan Terbaru

Rabu, 24 September 2025 | 16:18:13 WIB